SELAMAT DATANG DI BLOG SEDERHANA INI .........SEMOGA BERMANFAAT BAGI KITA SEMUA.......TERIMA KASIH...

Senin, 11 Oktober 2010

PROKLAMASI DAN TERBENTUKNYA NKRI

I. Berita Kekalahan Jepang Terhadap Sekutu Dan Perbedaan Pendapat Antara Golongan Tua Dan Muda Yang Melahirkan Peristiwa Rengasdengklok,
Suasana ketika Jepang menyerah terhadap Sekutu tanggal 14 Agustus 1945
Sumber : Encarta Ensiklopedia 2006
Setelah mengetahui bahwa Jepang telah menyerah terhadap sekutu, maka golongan pemuda segera menemui Bung Karno dan Bung Hatta di Jln.Pegangsaan Timur 56 Jakarta.Dengan juru bicara Sutan Syahrir, para pemuda meminta agar Bung Karno dan Bung Hatta segera memperoklamasikan kemerdekaan saat itu juga, lepas dari campur tangan Jepang.Bung Karno tidak menyetujui usul para pemuda karena Proklamasi Kemerdekaan itu perlu dibicarakan terlebih dahulu dalam rapat PPKI, sebab badan inilah yang ditugasi untuk mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia.
Para pemuda menolak pendapat Bung Karno sebab PPKI itu buatan Jepang, menyatakan kemerdekaan lewat PPKI tentu Akan dicap oleh Sekutu bahwa kemerdekaan itu hanyalah pemberian Jepang,para pemuda tidak ingin kemerdekaan Indonesia dianggap sebagai hadiah dari Jepang.Bung Karno berpendapat lain, bahwa soal kemerdekasan Indonesia datangnya dari pemerintah Jepang atau dari hasil perjuangan bangsa Indonesia sendiri,tidaklah menjadi soal, karena Jepang toh sudah kalah.
Masalah yang lebih penting adalah menghadapi sekutu yang berusaha mengambalikan kekuasaan Belanda di Indonesia. Karena itu memperoklamasikan kemerdekaan Indonesia diperlukan suatu revolusi yang terorganisasi, atas dasar itulah Bung Karno menolak usul para pemuda.








Letak Rengasdengklok (tempat diamankannya Soekarno – Hatta)
Sumber : Atlas Sejarah
Akibat perbedaan pendapat tersebut, maka pada tanggal 16 Agustus 1945 sekitar pukul 04.00 dini hari, Ir. Sukarno dan Drs Moh Hatta dibawa ke Rengasdengklok,sebuah kota kawedanan di pantai utara Kabuoaten Krawang Jawa Barat, dengan tujuan untuk mengamankan kedua tokoh pimpinan tersebut agar tidak mendapat tekanan atau pengaruh dari Jepang, inilah yang dimaksud dengan peristiwa Rengasdengklok.Keberangkatan Sukarno Hatta ke Rengasdengklok dikawal oleh Sukarni, Yusuf Kunto,dan Syodanco Singgih. Rengasdengklok dipilih karena dianggap aman dan daerah tersebut telah dikuasai oleh tentara PETA dibawah pimpinan Codanco Subeno.
Sementara itu di Jakarta terjadi perundingan antara para pemuda dengan Mr. Ahmad Subardjo selaku wakil golongan tua yang menjabat sebagai penasehat dalam tubuh PPKI. Dalam perundingan tersebut dicapai kata sepakat bahwa proklamasi akan dilaksanakan di Jakarta. Pada sore harinya, tanggal 16 Agustus 1945 Mr.Ahmad Subardjo datang ke Rengasdengklok dan mendesak para pemuda agar membawa kembali Sukarno Hatta ke Jakarta. Setelah ada jaminan dari Mr.Ahmad Subardjo bahwa proklamasi kemerdekaan akan dilaksanakan esok hari selambat lambatnya jam 12, maka para pemuda bersedia membawa kembali kedua tokoh tersebut kembali ke Jakarta.
II. Perumusan Teks Proklamasi,
Setelah sampai di Jakarta, malam itu juga Sukarno Hatta mengumpulkan para anggota PPKI dan golongan pemuda. Meraka berkumpul di Jln. Imam Bonjol no.1, dirumah Laksamana Muda maeda, kepala perwakilan angkatan laut Jepang di Jakarta.
Rumah Laksamana Muda Tadashi Maeda di Jl Imam Bonjol No 1 (Tempat perumusan naskah Proklamasi)
Sumber : 30 Th Indonesia Merdeka
Dalam pertemuan di rumah Maeda, disepakati agar Sukarno Hatta menemui Mayjen Nisyimura yang menjabat sebagai kepala pemerintahan Umum Angkatan Darat Jepang untuk menjajagi sikap resmi Jepang terhadap rencana proklamasi kemerekaan Indonesia. Ternyata Nisyimura tetap memegang teguh tugasnya menjaga status Quo di Indonesia, dengan pengertian bahwa tidak boleh ada perubahan apapun di Indonesia sampai pasukan sekutu datang, dan jepang hanya akan menyerahkan kekuasaan kepada Sekutu. Akhirnya Sukarno Hatta kembali kerumah Maeda dan mengadakan pertemuan dengan hasil keputusan Proklamasi kemerdekaan akan tetap dilaksanakan dengan atau tanpa persetujuan Jepang.
Melalui berbagai pembicaraan dengan pemimpin pemimpin Indonesia, diputuskan dua hal sebagai berikut :
Pertama : diputuskan untuk segera merumuskan teks/naskah proklamasi ,adapun yang merumuskan adalah Sukarno, Hatta dan Ahmad Subardjo,setelah naskah selesai dirumuskan dan disetujui isinya, terjadilah perdebatan tentang siapa yang akan menandatangani naskah proklamasi, yang akhirnya atas usul pemuda Sukarni, teks proklamasi ditandatangani oleh Sukarno Hatta atas nama bangsa Indonesia, naskah kemudian diketik oleh Sayuti Melik dengan beberapa perubahan dari hasil tulisan tangan Sukarno sebagai konsep, yaitu :
1. Kata tempoh diubah menjadi tempo
2. Djakarta 17-8-’05 diubah menjadi Djakarta hari 17 boelan 8 tahoen ‘05
3. Wakil wakil bangsa Indonesia diubah menjadi atas nama bangsa Indonesia.
Naskah yang diketik oleh Sayuti Melik inilah yang dianggap naskah yang otentik.
Perhatikan naskah proklamasi konsep tangan Sukarno dengan hasil ketikan Sayuti Melik dibawah ini.
 Kedua: diputuskan bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia akan dibacakan oleh Ir. Sukarno di kediamannya Jln. Pegangsaan Timur no 56 Jakarta.
Naskah Proklamasi yang asli tulisan tangan
Ir Soekarno
Sumber : 30 Th Indonesia Merdeka

Naskah proklamasi yang otentik hasil ketikan Sayuti Melik dan di tanda tangani Soekarno Hatta
Sumber : 30 Th Indonesia Merdeka

























III. Pelaksanaan Proklamasi Dan Penyebarluasannya
Semula sukarni mengusulkan agar teks proklamasi kemerdekaan dibacakan di lapangan Ikada (sekarang Monas), denganmaksud agar seluruh bangsa Indonesia mengetahuinya, akan tetapi Ir.Sukarno tidak sependapat, karena pembacaan ditempat tsb akan mengundang bentrokan antara rakyatdengan pemerintah militer Jepang, dengan alas an tsb, maka disepakati proklamasi akan dilaksanakan di kediaman Ir. Sukarno dan dibacakan oleh Sukarno Hatta.
Soekarno ketika membaca naskah proklamasi didampingi Moh. Hatta di Jl Pegangsaan Timur 56 Jakarta
Sumber : 30 Th Indonesia Merdeka
Tepat hari jumat jam 10.00 WIB, naskah proklamasi dibacakan, ini merupakan peristiwa sangat penting dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Sesudah naskah proklamasi selesai dibacakan, acara dilanjutkan dengan pengibaran Sang Saka merah putih oleh Pemuda Suhud dan eks sudanco Latif Hendraningrat dengan disaksikan segenap yang hadir, upacara diakhiri dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya.Dalam suasana yang sangat sederhana itu telah sampailah bangsa Indonesia ke ambang pintu kemerdekaannya. Satu persatu hadirin meninggalkan tempat dengan tenang dan dengan tekat bulat untuk mempertahankan kemerdekaan.
Meskipun hanya berlangsung singkat, namun peristiwa proklamasi kemerdekaan mengandung arti yang sangat penting dan membawa perubahan yang sangat besar dalam kehidupan bangsa Indonesia, yaitu :
1. Proklamasi merupakan puncak perjuangan bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaannya
2. Dengan proklamasi berarti bangsa Indonesia mendapat kebebasan untuk menentukan nasibnya sendiri sebagai bangsa yang berdaulat.
3. Proklamasi merupakan jembatan emass untuk menuju masyarakat yang adil dan makmur.
Tekas proklamasi yang telah dirumuskan tanggal 16 Agustus 1945 dan dibacakan tanggal 17 Agustus 1945 beberapa saat kemudian berhasil diselundupkan ke kantor pusat pemberitaan pemerintah jepang yang bernama Domei (sekarang kantor berita antara). Para pejuang di kantor berita Domei antara lain Adam Malik,Rinto Alwi, Asa Bafaqih dan. P.Lubis. Pada tanggal 17 Agustus 1945, sekitar pukul 18.30 WIB, wartawan kantor berita Domei yang bernama Syarifudin berhasil masuk ke gedung siaran radio Hoso Kanzi Kyoku (sekarang RRI), uantuk menyampaikan teks proklamsi dan pada pukul 19.00 berhasil disiarkan.
Pengibaran Bendera Merah Putih (Dijahit oleh Fatamawati)
Sumber : 30 Th Indonesia Merdeka
Berita Proklamasi kemerdekaan Indonesia juga disebarluaskan melalui media surat kabar atau pers. “Harian Suara Asia” di Surabaya adalah Koran pertama yang menyiarkan proklamasi. Kemudian disusul oleh “Harian Cahaya Bandung”yang memuat pembukaan UUD. Para pemuda yang berjuang lewat pers antara lain BM DiAH, Sukarjo Wiryopranoto, Iwa KusumaSumantri, Ki Hajar Dewantoro, Otto Iskandar Dinata, GSSJ Ratulangi, Adam Malik, Sayuti Melik, Madikin Wonohito, Sumanang SH, Manai Sopiaan, Ali Hasyim dan lain lainnya.
Usaha usaha lain untuk menyebarkan berita proklamasi adalah melalui penyebaran dan pemasangan pamflet, plakat, poster, coretan coretan pada tembok dan kereta api. Dengan demikian dalam waktu yang tidak lama berita proklamasi kemerdekaan Indonesia segera tersebar ke seluruh Indonesia dan ke dunia luar.
IV. Terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia,
Setelah pelaksanaan proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, maka para pejuang bangsa Indonesia mulai menata kehidupan berbangsa dan bernegara dengan menyusun alat kelengkapan Negara. Usaha menyusun alat kelengkapan Negara antara lain dilakukan melalui :
a. Sidang PPKI yang I, tanggal 18 Agustus 1945, keesokan harinya setelah proklamasi dengan keputusan :
    1. Mengesahkan UUD 1945
    2. Memilih presiden dan wakil presiden
    3. Untuk sementara waktu tugas presiden akan dibantu oleh Komite Nasional
b. Sidang PPKI yang kedua, tanggal 19 Agustus 1945 ,dengan keputusan :
     1. menetapkan 12 kementrian
     2. membagi wilayah RI menjadi 8 propinsi yang dikepalai oleh Gubernur
c. Sidang PPKI yang ketiga, tanggal 22 Agustus 1945, dengan keputusan :
    1. membentuk Komite Nasional Indonesia yang akan berfungsi sebagai Dewan Perwakilan Rakyat yang  berkedudukan di Jakarta, dengan ketuanya Mr. Kasman Singodimejo.
    2. Membentuk Partai Nasional Indonesia, yang ditetapkan sebagai satu satunya partai di Indonesia, namun hal ini menimbulkan reaksi keras dari berbagai kalangan yang menghendaki agar masyarakat diberi kebebasan untuk mendirikan partai politik, hal ini mendorong keluarnya maklumat pemerintah tanggal 3 Nopember 1945 no X yang berisi tentang pembentukan partai partai politik.
3. Membentuk Badan Keamanan Rakyat, yang beranggotakan para pemuda bekas HEIHO, PETA dan KNIL, dan anggota anggota badan semi militer lainnya.
Pada tanggal 5 oktober 1945 pemerintah membentuk Tentara keamanan Rakyat (TKR), sebagai panglimanya diangkat Supriyadi, namun karena tidak pernah muncul, maka posisinya digantikan oleh Sudirman, sedangkan sebagai kepala staf umum diangkatlah Oerip Sumoharjo. Nama TKR kemudian diubah menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI), sesuai dengan maklumat pemerintah 26 Januari 1946, dan pada tanggal 7 Juni 1947 nama TRI diubah menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI).
V. Dukungan Spontan Terhadap Proklamasi dan Tindakan Tindakan Heroik
1. Pernyataan Sri Sultan Hamengku Buwono IX
Pada tanggal 5 September 1945, di Yogyakarta Sri Sultan HB IX Sultan Yogyakarta menyatakan dukungan terhadap Proklamasi kemerdekaan Indonesia. Adapun isi dari pernyataannya adalah :
1. Bahwa negeri Ngayogyakarta Hadiningrat yang bersifat kerajaan adalah daerah Istimewa dari Negara RI
2. Bahwa Sultan Ngayogyakarta sebagai kepala daerah memegang kekuasaan dalam negeri Ngayogyakarta Hadiningrat, oleh karena itu segala urusan pemerintahan dalam negeri Yogyakarta ditangan Sultan
3. Bahwa perhubungan antara negeri Ngayogyakarta Hadiningrat dengan pemerintah pusat RI bersifat langsung , dan sultan bertanggung Jawab atas negeri Yogyakarta langsung kepada Presiden RI.
2. Rapat Raksasa di Lapangan Ikada,
Pada tanggal 19 September 1945 di lapangan Ikada diselenggarakan rapat untuk menyambut proklamasi kemerdekaan. Tapi karena penjagaan tentara Jepang sangat ketat, maka rapat hanya berlangsung singkat.Presiden Sukarno berpidato dengan singkat dan berpesan supaya rakyat kembali dengan tenang dan mempercayakan pada pemimpin. Rapat Raksasa di lapangan ikada menunjukkan tekad bangsa Indonesia untuk merdeka. Arti penting rapat raksasa di Lapangan Ikada adalah “menjadi bukti pertama kewibawaan pemerintah RI terhadap rakyatnya
Dalam rapat Ikada 19 September 1945 Presiden soekarno hanya berpidato selama 5 menit
Sumber : 30 Th Indonesia Merdeka
3. Tindakan Tindakan Heroik
Tindakan heroik diambil oleh bangsa Indonesia sesuai dengan perintah proklamasi, secara spontan rakyat Indonesia mengadakan tindakan mengambil alih kekuasaan dari tangan Jepang, baik secara damai maupun kontak senjata.. Dengan tekad bulat bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaan.Tujuan Bangsa Indonesia melucuti tentara Jepang adalah sebagai Berikut
1. untuk mendapatkan senjata sebagai modal perjuangan selanjutnya:
2. untuk mencegah agar senjata Jepang tidak jatuh ketangan Sekutu
3. untuk mencegah agar senjata Jepang tidak digunakan Jepang untuk membunuh rakyat
Beberapa tindakan heroik itu antara lain adalah :
a. Perebutan pangkalan udara bugis (sekarang abdul Rahman Saleh di Malang) pada tanggal 18 september 1945
b. Penurunan Bendera Belanda dari puncak hotel Yamato di Surabaya,tanggal 19 September 1945.
c.Rapat Raksasa di lapangan Ikada
d. Peristiwa Merah Putih di Menado

Perobekan bendera Belanda Merah Putih Biru di atas Hotel Yamato Surabaya tanggal 19 September 1945
Sumber : 30 Th Indonesia Merdeka
d. Pengumuman Proklamasi Kemerdekaan di lapangan Fukureido (sekarang lapangan merdeka) tanggal 6 oktober 1945
e. Pertempuran lima hari di Semarang (14-19 oktober 1945)
f. Pertempuran Krueng Panjo Aceh tanggal 24 November 1945
g. Pertempuran Bogor, tanggal 8 Desember 1945
h. Pertempuran Cibadak, tanggal 9 Desember 1945
i. Perlawanan rakyat Irian tanggal 14 Maret 1948.

PROSES KEMERDEKAAN BANGSA INDONESIA

I Janji Perdana Menteri Koiso

Sejak tahun 1944 posisi Jepang dalam perang Asia Timur Raya terus terdesak, bahkan berbagai pulau di sekitar Irian telah jatuh ke tangan Sekutu. Sekutu terus menyerbu lewat serangan udaramya di kota kota di wilayah Indonesia seperti Ambon, Makasar, Menado dan Surabaya. Akhirbya tentara Sekutu berhasil mendarat di Balikpapan sebagai kota minyak. Pertahanan Jepang sudah rapuh dan bayangan kekalahan sudah semakin nyata. Dalam kondisi demikian, Jepang masih berusaha menarik simpati bangsa Indonesia, yaitu dengan menjanjikan kemerdekaan di kemudian hari.

Pada tangga l7 September 1944 di dalam sidang istimewa Parlemen Jepang di Tokyo, Perdana Menteri Koiso mengumumkan bahwa daerah Hindia Timur (Indonesia)diperkenankan merdeka di kelak kemudian hari. Menghadapi situasi yang gawat tersebut, pemerintah pendudukan Jepang di Jawa dibawah pimpinan Letnan Jendral Kumakici Harada berusaha meyakinkan bangsa Indonesia tentang janji kemerdekaan. Pada tanggal 1 Maret 1945 diumumkan pembentukan Badan Penyelidik Usaha Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau dalam bahasa Jepang disebut dengan Dokuritsu Junbi Cosakai.Maksud dan tujuan dibentuknya BPUPKI adalah untuk mempelajari dan menyelidiki hal hal penting berkaitan dengan segala sesuatu yang menyangkut pembentukan Negara Indonesia Merdeka.

Yang diangkat sebagai ketua BPUPKI adalah dr.K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat, dengan dibantu oleh dua orang ketua muda, yaitu seorang Jepang yang menjabat sebagai Syucokan Cirebon bernama Icibangase dan R.P Suroso sebagai kepala secretariat dengan dibantu oleh Toyohito Masuda dan Mr. A.G.Pringgodigdo. Anggota BPUPKI 60 orang ditambah 7 orang Jepang tanpa hak suara. Dalam hal ini Ir.Sukarno tidak menjadi ketua, karena ia ingin lebih aktif dalam berbagai diskusi. Pelantikan anggota BPUPKI dilakukan pada tanggal 28 Mei 1945, bertepatan dengan hari ulang tahun raja Jepang (Teno Heika). Pelantikan anggota BPUPKI dihadiri oleh seluruh anggota dan dua orang pembesar Jepang, yaitu Jendral Itagaki dan Jendral Yaiciro Nagano. Pada saat peresmian ini bendera merah putih dikibarkan disamping bendera Jepang Hinomaru.

II. Penyusunan Dasar Negara Dan Rancangan Undang Undang Dasar.

Setelah anggota BPUPKI dilantik, dimulailah bersidang. Dalam hal ini tugas BPUPKI adalah menyusun Dasar dan Konstitusi untuk Negara Indonesia yang akan didirikan. BPUPKI bersidang dalam dua tahap, yaitu sidang pertama atnggal 29 Mei-1 Juni 1945,yang bertempat di gedung Chou Sangi In, Jalan Pejambon 6 Jakarta, sedangkan sidang kedua tanggal 10 – 17 Juli 1945.

Dalam sidangnya yang pertama dibahas masalah asas dan dasar Negara Indonesia Merdeka. Dalam persidangan itu ditekankan bahwa sesuatu yang akan menjadi dasar Negara hendaknya dicari dan digali dari nilai nilai yang sudah berakar kuat dihati dan pikiran rakyat , serta sudah tumbuh subur pada seluruh rakyat Indonesia, sehingga dasar Negara itu dapat diterima secara bulat dan didukung oleh seluruh lapisan masyarakat. Beberapa tokoh yang berpidato untuk mengusulkan konsep tentang dasar Negara Indonesia adalah Mr.Muh.Yamin, Prof. Supomo dan Ir. Sukarno.

Suasana Sidang BPUPKI Tanggal 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945

Sumber : 30 Th Indonesia Merdeka

Pada sidang hari pertama, yaitu tanggal 29 Mei 1945, Mr.Moh. Yamin dalam pidatonya mengemukakan lima asas sebagai dasar Negara Indonesia, yaitu :

1. Perikebangsaan

2. Perikemanusiaan

3. Periketuhanan

4. Perikerakyatan

5. Kesejahteraan Rakyat

Pada tanggal 31 Mei pada sidang berikutnya Prof. Supomo dalam pidatonya mengemukakan dasar Negara sebagai berikut :

1. Paham Negara kesatuan

2. Warga Negara hendaknya tunduk pada Tuhan dan supaya setiap saat ingat kepada Tuhan

3. Sistem badan musyawarah

4. Ekonomi Negara bersifat kekeluargaan

5. Hubungan antar bangsa bersifat Asia Timur Raya

Adapun pada persidangan terakhir, yaitu pada tanggal 1 Juni 1945, Ir. Sukarno mengusulkan dasar falsafah Negara Indonesia merdeka terdiri dari lima asas dan diberi nama Pancasila yang bunyinya :

1. Kebangsaan Indonesia

2. Internasionalisme atau Perikemanusiaan

3. Mufakat atau Demokrasi

4. Kesejahteraan Sosial

5. Ketuhanan Yang Maha Esa

Sambil menunggu masa sidang berikutnya, maka 9 anggota BPUPKI membentuk panitia kecil, kesembilan orang tersebut adalah Ir. Sukarno. Drs. Moh. Hatta, Mr. AA Maramis, Abikusno Tjokrosujoso, Abdulkahar Muzakir, Haji Agus Salim. Mr. Ahmad Subarjo. KH A. Wachid Hasyim dan Mr. Moh. Yamin, dengan diketuai oleh Ir. Sukarno. Panitia kecil atau yang juga disebut dengan panitia sembilan tersebut terus bekerja keras merumuskan rancangan Pembukaan Undang Undang Dasar, yang didalamnya nanti harus mengandung Asas dan Tujuan Negara Indonesia merdeka. Akhirnya tugas tersebut terselesaikan pada tanggal 22 Juni 1945 dan hasil rumusannya disebut dengan “Piagam Jakarta” atau “Jakarta Charter” sesuai dengan nama yang diberikan oleh Moh. Yamin.

Di dalam Piagam Jakarta itu juga dirumuskan lima asas yang akan diusulkan menjadi dasar falsafah Negara Indonesia Merdeka, yaitu :

1. Ketuhanan dengan menjalankan syariat Islam bagi pemeluk pemeluknya

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan yang di pimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwaKilan

5. Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Piagam Jakarta dengan beberapa perubahan terutama mengenai rumusan Pancasila itu kemudian menjadi Pembukaan UUD 1945.

Dalam siding BPUPKI yang kedua membahas rencana Undang Undang Dasar beserta pembukaannya. Mula mula dibentuk “Panitia Perancang Undang undang Dasar” yang diketuai oleh Ir.Sukarno. Panitia ini menyetujui isi pembukaan Undang Undang Dasar diambilkan dari Piagam Jakarta dengan beberapa perubahan. Sedangkan untuk merumuskan undang undang dasar, panitia perancang undang undang dasar membentuk “Panitia Kecil Perancang Undang Undang Dasar(Panitia Hukum Dasar)” yang terdiri atas tujuh orang anggota, yaitu Prof. Supomo, Mr.Wongsonegoro,Mr.Ahmad Subarjo,Mr.AA Maramis,Mr.RP Singgih, Haji Agus Sali dan Dr. Sukiman.

Hasil perumusan UUD dari panitia hukum dasar kemudian disempurnakan dan diperhalus bahasanya oleh panitia yang terdiri atas Prof. Supomo, Haji Agus Salim dan Prof. Husein Djoyodiningrat.

Dalam akhir persidangan Ir. Sukarno melaporkan hasil kerja panitia perancang UUD kepada sidag yang berisi :

a. Pernyataan Indonesia merdeka

b. Pembukaan Undang Undang Dasar

c. Undang Undang Dasar (Batang Tubuh)

Akhirnya sidang BPUPKImenerima bulat hasil kerja panitia tersebut. Setelah rancangan Undang Undang Dasar berhasil disusun, maka selesailah tugas BPUPKI dan pada tanggal 7 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan.

III. Pembentukan PPKI dan Peranannya,

Setelah BPUPKI dibubarkan, maka untuk menangani tugas selanjutnya dibentuklah PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang dalam bahsa Jepang disebut Dokuritsu Junbi Iinkai pada tanggal 7 Agustus 1945,dengan tugas melanjutkan pekerjaan BPUPKI dan mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan kemerdekaan atau pemindahan kekuasaan dari Jepang kepada Indonesia, yang diketuai oleh Ir. Sukarno dengan wakilnya Drs. Moh. Hatta dan sebagai penasehatnya adalah Mr.Ahmad Subardjo. Mereka yang diangkat sebagai anggota PPKI terdiri atas tokoh tokoh nasionalis diberbagai daerah.

Pembentukan PPKI ini langsung ditangani oleh Marsekal Terauci,yang menjabat sebagai Panglima Tertinggi bala tentara Jepang di Asia Tenggara yang berkedudukan di Dalath,Vietnam. Pada tanggal 9 Agustus 1945 ,dalam rangka peresmian PPKI,Ir Sukarno, Drs. Moh Hatta dan Dr.Radjiman Wedyodiningrat dipanggil menghadap Terauci ke Dalath,Vietnam. Dalam pertemuan tanggal 12 Augtus1945, kepada para pemimpin bangsa kita Marsekal Terauci menyampaikan hal hal sebagai berikut :

1. Pemerintah Jepang memutuskan untuk memberi kemerdekaan kepada Indonesia

2. Untuk pelaksanaan kemerdekaan telah dibentuk PPKI

3. Pelaksdanaan kemerdekaan segera setelah persiapan selesai dan berangsur angsur di mulai dari pulau Jawa kemudian pulau pulau lainnya

4. Wilayah Indonesia akan meliputi seluruh bekas wilayah Hindia Belanda

Pada tanggal 15 Agustus 1945 tersiar berita kekalahan Jepang terhadap sekutu yang diketahui para pemuda pejuang bangsa Indonesia dari siaran radio dengan pemancar gelap, seperti Sukarni, Adam Malik, Chaerul Saleh, BM Diah dan pemuda pemuda lainnya dari Menteng 31.Tersiarnya berita kekalahan Jepang terhadap sekutu menimbulkan terjadinya situasi Vacum of Power (kekosongan kekuasaan) di Indonesia,hal ini membuat mereka para pemudabertekad untuk merebut kemerdekaan pada saat sekutu belum tiba di Indonesia untuk melucuti tentara Jepang.

Sementara itu para pemimpin dari golongan tua yang baru pulang dari luar negeri merasa ragu akan berita itu. Ketika mereka didesak para pemuda untuk memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 15 Agustus 1945 itu, Sukarno Hatta meminta waktu untuk bermusyawarah dengan para anggota PPKI. Apabila janji Jepang itu ditepati, adalah lebih baik karena akan mengurangi korban jiwa, namun juga muncul keraguan bagaimana bila Jepang ingkar janji ? oleh karena itulah maka golongan tua ingin bermusyawarah lebih dahulu dengan anggota PPKI, kelambanan seperti ini tidak disukai para pemuda.

Karena belum berhasil membujuk Bung Karno untuk memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 15 agustus 1945, maka pada malam hari para pemuda mengadakan rapat sendiri di Lembaga Bakteriologi Jln. Pegangsaaan Timur yang dipimpin oleh Chairul Saleh, dengan keputusan yang menunjukkan tuntutan tuntutan yang radikal dari golongan pemuda, antara lain menegaskan bahwa kemerdekaan Indonesia adalah hak dan persoalan rakyat Indonesia sendiri, tidak dapat digantungkan kepada bangsa lain. Segala ikatan dan hubungan dengan janji kemerdekaan dari Jepang harus diputuskan, sebaliknya, diharapkan adanya perundingan dengan Ir.Sukarno dan Drs. Moh Hatta agar mereka dapat turut menyatakan proklamasi.

Darwis dan Wikana adalah tokoh pemuda yang menyampaikan hasil rapat dari lembaga Bakteriologi kepada Ir. Sukarno. Para pemuda menghendaki agar proklamasi kemerdekaan Indonesia dinyatakan oleh Bung Karno pada keesokan harinya tanggal 16 Agustus 1945. Namun Bung Karno tetap bersikeras membicarakan terlebih dahulu dengan PPKI, bahkan beliau sempat marah, sehingga terjadi ketegangan antara golongan pemuda yang diwakili Darwis-Wikana dengan Ir.Sukarno yang juga disaksikan oleh tokoh nasionalis dari golongan tua lainnya. Inti dari ketegangan tersebut adalah adanya perbedaan pendapat antara golongan tua dengan golongan muda tentang pelaksanaan proklamasi kemerdekaan.Peristiwa inilah yang nanti memicu para pemuda melakukan penculikan terhadap Ir. Sukarno dan Drs. Moh. Hatta, yang dikenal dengan peristiwa Rengasdengklok.

Jumat, 08 Oktober 2010

SISA SISA KEBESARAN KADIRI KUNO

Daerah Kediri atau Kadiri merupakan daerah yang sangat subur karena sebuah sungai besar mengairi daerah ini. Alasan inilah yang menjadikan Kadiri dipilih oleh sejumlah kerajaan masa klasik Jawa Timur sebagai satu daerah penting.Kedudukannya sebagai suatu daerah penting terbukti dengan banyaknya data arkeologi yang berasal dari daerah ini, yang merupakan cerminan eksistensi Kadiri pada masa kerajaan klasik Jawa Timur.

Kerajaan Kadiri merupakan salah satu dari beberapa Kerajaan besar di Indonesia pada masa Hindu Budha. Bahkan jaman Kerajaan Kediri disebut-sebut sebagai jaman Keemasan Kesusasteraan Indonesia. Pada Masa ini banyak sekali dihasilkan karya sastra besar, seperti misalnya : Asmaradhahana, Baratayudha, Gatotkaca sraya, Arjuna Wijaya, Lubdaka, वेर्तासंकाया, क्रेस्नायाना, bahkan sebuah kitab yang diyakini oleh mayoritas masyarakat Indonesia akan kebenarannya “Jongko Joyoboyo”. Kita juga mengenal adanya kitab cerita Panji. Sebuah kisah tentang Raden Panji yang sangat terkenal ini dibahas oleh seaorang arkeolog Jerman “ Lydia Kiefen”. Sebuah kisah asmara antara Panji Asmorobangun (putera raja Jenggala) dengan Dewi sekartaji atau Galuh Candra Kirana (puteri raja Panjalu). Pernikahan dua sejoli inilah yang akhirnya menyatukan Kerajaan Jenggala dan Panjalu, yang semula saling bermusuhan sejak pertikaian antara Mapanji Garasakan dengan Sri Samarawijaya.

Nama Airlangga tidak terlepas dari pendirian Kerajaan Kadiri (Panjalu). Pembagian kerajan Kahuripan menjadi Janggala dan Panjalu merupakan langkah Airlangga untuk menyelesaikan kemelut di Kerajaan Kahuripan. Berdasarkan prasasti Wurare berangka tahun 1211 Saka (1289 M) pada bagian awal disebutkan pendeta utama bernama Aryya Bharad telah membagi tanah Jawa menjadi dua dengan air suci dari kendi yang mempunyai kemampuan untuk membelah tanah karena dua orang raja yang telah siap berperang. Dengan pembagian ini muncullah kerajaan Janggala dan Panjalu, keberadaan dua kerajaan ini merupakan awal eksistensi Kadiri menjadi sebuah kerajaan besar di belakang hari.

Pada awal berdirinya, kerajaan Kadiri (Panjalu) jauh tertinggal pamornya dibanding kerajaan Janggala, namun setelah melalui masa kegelapan dengan tidak ditemukannya berita mengenai keberadaan kedua kerajaan itu, baru kira-kira 60 tahun kemudian , kerajaan Kadirilah yang muncul memimpin. Berita tentang kerajaan Kadiri (Panjalu) termuat dalam prasasti Padlegan dikeluarkan oleh Raja Bameswara berangka tahun 1038 Saka (1117 M) yang beisikan anugrah raja kepada penduduk desa Padelegan berupa anugrah sima swatantra. Pada prasasti ini disebutkan untuk menghadap raja, rakyat Padlegan menjadikan Sang Juru Pangjalu Mapanji Tusing Rat sebagai perantara.

Sisa sisa kebesaran Kediri bisa kita jumpai sekarang ini baik di wilayah Kabupaten Kediri maupun Kota Kediri.

1. Prasasti Harinjing

Prasasti yang dikeluarkan oleh Sri Maharaja Rakai Layang Dyah Tulodhong ini berisi tentang penganugerahan Tanah Perdikan Sima kepada Bagawanta Bhari. Berdasarkan prasasti inilah Hari jadi Kabupaten Kediri ditetapkan, yaitu setiap tanggal 23 Maret. Prasasti ini terletak di desa Sarinjing (sekarang) wilayah Kecamatan Kepung Kab. Kediri.

2. Goa Selo Mangleng

Goa ini terletak di dilayah Kota Kediri tepatnya di Desa Pojok Kecamatan Mojoroto, di lereng anak Gunung Wilis, yaitu Gunung Klothok. Goa ini merupakan peninggalan Sri Sanggramawijaya, puteri sulung Airlangga yang tidak bersedia dinobatkan sebagai penguasa Kahuripan. Beliau memilih menjadi seorang Bikuni bergelar Dewi Kili Suci, dan mendirikan pertapaan di lereng Gunung Wilis (yang sekarang kita kenal dengan Gua selo Mangleng). Goa ini mempunyai dua buah pintu di bagian depan dengan hiasan Kala Makara di bagian atas pintu masuk. Karena ketidak sediaan Sri Sanggramawijaya untuk meneruskan tahta ayahandanya inilah yang kemudian menyebabkan terjadinya rebutan kekuasaan antara kedua adiknya, yaitu Mapanji Garasakan dengan Samarawijaya. Perang saudara ini memaksa Airlangga yang sudah menjadi pertapa untuk kembali ke kerajaan. Dibantu Mpu Baradha, Airlangga membagi Kahuripan menjadi Jenggala dan Panjalu yang diperkirakan terjadi sekitar tanggal 24 Nopember 1042 (Prof. Slamet Muljana; Negarakertagama dan Tafsir Sejarahnya)

Kini kawasan situs goa Selomangleng ini dilengkapi dengan obyek wisata dan di dekatnya dibangun sebuah Museum yang diberi nama Musem "Airlangga"


3. Arca Totok Kerot

Sebuah patung Dwarapala (Penjaga Pintu Gerbang) yang berada di wilayah Kecamatan Pagu Kabupaten Kediri ini oleh masyarakat Kediri diberi nama Totok Kerot karena adanya anggapan bahwa arca ini adalah perwujudan raksasa perempuan.

Dengan adanya Arca Dwarapala ini mungkinkan Kerajaan Kediri pada masa itu berpusat disekitar daerah ini ??? Mengingat dari bentuknya yang sangat besar , sangat dimungkinkan arca Totok Kerot ini adalah arca Penjaga Pintu Gerbang Kerajaan. Disekitar wilayah ini banyak ditemukan situs peninggalan kerajaan Kediri juga nama-nama daerah yang pernah disebutkan dalam prasasti kerajaan Kadiri, seperti; desa Katang, Lumbang, adan-adan, desa Girah (Gurah?). Arca ini seharus berjumlah dua buah atau satu pasang.

4. Situs Tondho Wongso

Komplek percandian dari batu bata merah (terakota) ini merupakan penemuan baru (2007) di wilayah Kabupaten Kediri, tepatnya di desa Tondo Wongso Kecamatan Gurah. Situs ini sekarang terletak di tengah perkebunan tebu. Di situs ini banyak dijumpai arca yang terbuat dari batu berwarna putih, yang sekarang disimpan di Museum Trowulan Mojokerto. Arca-arca tersebut sangat halus buatannya. Berikut ini penulis akan menampilkan beberapa gambar situs dan arca peninggalan yang ada di Tondo Wongso yang diambil dengan kamera dari Museum Trowulan Mojokerto.

Tampak pada gambar di atas, beberapa bagian sudut candi pada situs Tondo Wongso dan arca-arca yang terbuat dari batu berwarna putih sangat halus pahatannya.
5. Situs Babadan/Sumbercangkring

Situs ini juga baru seperti Tondo Wongso dan terbuat dari terakota. Situs ini juga terletak di dusun Babadan Desa Sumbercangkring Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri. Di situs ini banyak kita jumpai beberapa arca yang belum selesai pengerjaannya. Dimungkinkan pekerjaan tidak diselesaikan karena adanya bencana letusan Gunung Kelud. Ini sangat besar kemungkinannya, karena pada saat ditemukan, baik situs Babadan dan tondo Wongso berada dibawah timbunan material/tanah vulkanis Gunung Kelud pada ekedalaman sekitar 2 meter dari permukaan tanag sekarang

Berikut ini beberapa bagian situs Babadan Sumbercangkring yang diambil dengan kamera penulis :

Tampak pada gambar dari situs Babadan Sumbercangkring sebuah Kala Makara, dan lantai dasar candi yang terbuat dari bata merah.